It's really Me Yeahh..

Foto saya
Padang, Sumatera Barat, Indonesia
Seorang yang mungkin menurut orang lain gak pernah jelas maunya apa, sukanya apa, bahkan ada yang bilang saya suka asal, namun saya pikir mereka yang aneh, beruntung saya berada ditengah keluarga yang selalu membanggakan ke"unik"an ini. Sehingga saya tak perlu merasa risih dengan apa yang saya punya...hal yang paling tidak saya suka adalah menyesal, karena menyesal hanya akan membuat kecewa dan marah, so yang terjadi yah udah ajah terjadi, yang akan datang yang harus di'nikmati'...saya termasuk orang yang cukup ramah meski susah akrab dengan orang lain, tapi jika kita udah klop..jangan tanya saya bagaimana membuat anda jadi gila huehehehe...artinyaaaa...kalian siap siap merindukan aku setiap saat hahahaha...narsis..itu pastiiii...karena aku harus menyukai diri sendiri dulu baru bisa menyukai orang lain..setuju setuju??? so welcome to my world!!!

Selasa, 24 Agustus 2010

Meski Tak Layak


wahai tuhan jauh sudah
lelah kaki melangkah
aku hilang tanpa arah
rindu hati sinarmu

wahai tuhan aku lemah
hilang terumur noda
hapuskanlah terangilah
jiwa di hitam jalanku

ampunkanlah aku
terimalah taubatku
sesungguhnya engkau
sang maha pengampun dosa

Ya robbi, ijinkanlah
aku kembali padamu
meski mungkin takkan sempurna
aku sebagai hambamu

ampunkanlah aku
terimalah taubatku
sesungguhnya engkau
sang maha pengampun dosa

berilkanlah aku
kesempaatn waktu
aku ingin kembali
kembali...

dan meski aku tak layak
sujud padamu
dan sungguh tak layak
aku...

By: Opick

Senin, 23 Agustus 2010

Pelupa 1 (bahasa suka-suka)

Pelupa itu udah dari saya kecil, selain pelupa saya juga lelet, suka nunda2 kerja dan kebanyakan lenyeh2.

Waktu itu mungkin sekitar umur 8 tahun saya udah bisa masak nasi lho...ya..masak nasi, yang asalnya dari beras...

Masak nasinya pakai periuk dan api kompor...anak-anak sekarang umur segitu mana ada yang ngerti ngebedain Jahe ama Lengkuas...hehehehe

Suatu sore saya masak nasi buat makan malam lah ini ceritanya, sambil masak... di depan rumah saya main dengan temen2...kalo dulu sebutannya main engklek...karena asyiknya main saya ampe lupa kalo di dapur lagi masak nasi...sampe saya liat ibu saya dari kejauhan, ya itu ibu saya...yang putih, rambut keriting, kulit putih dan hidung pesek..saya baru sadar kalo saya lagi masak nasi.


Ingat ibu-ingat periuk-ingat kompor-ingat dapur-dan ingat beras dalam periuk yang itu dia sedang dimasak diatas api kompor dan sudah mengeluarkan bau hangus. Lalu saya buka tutup itu periuk saya lihat kedalam periuk dan semua sudah hitam. Beras putih yang saya masukkan dengan air sudah berubah jadi hitam. Lalu saya angkat itu periuk saya siram air lalu saya pandang, saya korek2 isinya tapi keras tak seperti nasi yang lembut. Saya lalu diam, saya jalan keruang tamu, tiba-tiba saya nangis...nangis membayangkan ibu saya akan marah, akan jewer saya punya kuping, atau cubit saya punya pipi atau..akhhh saya menangis karena kasihan, bukan karena kasihan dengan nasi yang sudah hitam, bukan dengan periuk yang sudah rusak warnanya karena tertempel hitam nasi hangus...saya menangis karena kasihan dengan diri sendiri, membayangkan takkan ada yang akan menyelamatkan saya dari jeweran dan cubitan itu.

Melihat saya menagis ibu saya iba, lalu memeluk saya punya badan yang masih kecil lalu bertanya ke saya kenapa saya menangis lalu saya menagis semakin keras, dan ibu saya semakin bingung lalu ke dapur, mengambilkan saya air putih untuk saya dikasih minum...dan saya pun mengecilkan suara tangis dan lalu ibu mengantarkan gelas ke dapur ...ibu saya kembali kedapur lagi...dan ibu saya melihat itu periuk yang isinya nasi hangus dan ibu saya berteriak memanggil saya dan saya datang dan itu periuk di telungkupkan ibu saya ke kepala saya. Dan saya memakai topi periuk yang separu berisi nasi hangus. Tapi saya tidak menangis lagi, karena ibu saya hanya memasang topi periuk ke kepala saya tidak menjewer saya, tidak mencubit pipi saya.

Selasa, 17 Agustus 2010

"Kaya" adalah takdirmu INA...


Merdeka...!!!

Teriak 3 petugas tertawan di negeri seberang...

Merdeka...!!!

Teriak anak-anak jalanan buta huruf di bawah kolong jembatan...

Merdeka...!!!

Teriak Petani yang hitam legam, dari tengah sawah..tak perduli harga beras naik turun yang penting ada hujan dan bisa panen...

Merdeka...!!!

Teriak Pemulung dari tengah gundukan sampah...

Merdeka...!!!

Teriak PRT, mengacungkan kepal tangan yang terkelupas karena setiap hari tersiram Porstex toilet sang majikan...

Merdeka...!!!

Teriak nelayan dengan suara tercekik karena tagihan rentenir...

Merdeka...!!!

Teriak warga perbatasan yang terabaikan...

Merdeka...!!!

Teriak veteran keriput yang sudah luput...

Merdeka...!!! Merdeka...!!! Merdeka...!!!

Teriak lantang para koruptor...

Merdeka...!!! Merdeka...!!! Merdeka...!!!

Teriak riang birokrat dan petugas nakal...

Merdeka...!!! Merdeka...!!! Merdeka...!!!

Teriak senang penyimpan "pajak"

Merdeka...!!! Merdeka...!!! Merdeka...!!!

Teriak keras bandar Narkoba...

Mereka tertawa melihat lelucon tak lucu...disini...

Memecah belah lalu mengadu domba anakmu INA...

Kau sedih INA...?

Tapi..."kaya" adalah takdirmu INA...

Meski telah lebih 30tahun digit Tuan dan Nyonya Tikus...koruptor...

Meski melepasi pulau-pulaumu INA...

"Kaya" adalah takdirmu...

Karena masih banyak pulau yang bisa dijual...

Karena masih ada hutan terhampar luas...

Karena masih ada laut dengan Flora dan Fauna berharga disana...

Karena masih ada tanah dengan Gas dan Minyak yang muncrat ke muka...

Karena masih ada lahan subur tanpa perlu kotoran d*bur...

Karena "Kaya" adalah takdirmu..

INA...


Selasa, 10 Agustus 2010

Dalam Manusia

Ramadhan telah tiba…
Huff..tak terasa…setahun berlalu sudah, dari situasi yang sangat membahagiakan dulu…
Ketika tulus bercengkrama antara kita…ternyata semua indah…ketulusan itu memang tak meninggalkan penyesalan…

Ketika nyenyak tidur…tiba-tiba aku terbangun, entah kenapa..serasa ada yang hilang dari dadaku…nyeri-sangat nyeri…dan aku teringat satu demi satu cengkrama kita…kubasuh muka…kesempatan untuk menghadap Khalik didini hari menjelang subuh…
Kuakhiri sujudku dengan do’a…tanpa sadar…semua do’a tentangmu..tentang kita…tentang pasrah, gelisah, bahagia, dan hingga tersisa sedih…
Sedih dan haru yang teramat dalam...mulutku masih sibuk komat-kamit, berulangkali mengucap astaghfirullah-astaghfirullah...maafkan kami manusia-manusia bodoh ini...pikiran dangkal oleh bisikan busuk...
Aku terkulai diatas sajadah…terbayang olehku kata tiap katamu, kata tiap kataku…tak pernah terpikirkan sebelumnya hingga kita sampai disini…setelah arus menarik semakin dalam…
Kubasuh lagi mukaku dengan dinginnya air, berharap beku…tapi tak bisa..panasnya kulit pipi membuat dingin menjadi hangat…
Kuulang sujud…kuulang lagi-lagi-lagi…pipiku semakin panas dan ini bukan keringat melainkan air mata…
Terisak dihening pagi…menghela nafas…semakin deras…bayangmu semakin jelas, senyummu semakin tegas…lubang didadaku semakin terasa…karena sadar bahwa aku tak bisa menyentuhmu….

Kubiarkan isak mengeras..agar semua lepas…dan terbebas…kuigaukan namamu berulang kali, dan namanya..nama kalian…tanpa namaku disana…
Bahagia menyusup, senyum mengembang…seperti ini Engkau memberi petunjuk Ya Allah…setelah sekian lama kami tertambat tanpa tali…tersiksa tanpa ikat…
Aku ikhlas Allah, aku ikhlas…bukan karena kami…tapi demi orang-orang yang kami sayangi dan kami cintai, orang-orang yang berharap banyak tentang kami…
Kuhitung hari, tak terasa Ramadhan akan tiba…terimakasih Ya Allah…Engkau pertemukan lagi aku dengan ramadhan ini…dengan masa penuh berkah, nikmat, rahmat dan karunia…

Terima kasih untuk segala hal yang tak aku sadari selama ini…dan maafkan aku…maafkan aku yang hina ini…maafkan aku yang selalu merasa bisa mendapatkan apa yang kumau tapi bukan yang kubutuh, maafkan aku yang terlalu banyak meng”aduh” tentang diriku…maafkan aku Ya Allah…sesungguhnya seluruh hidup dan matiku hanya untuk-Mu…